Peluang Bike2Campus di ITS (part 1)...
Tau ga sih sekarang lagi ngetrend nggowes..???
Tau ga sih sekarang di Kampus ITS ada jalur sepeda ...???
Tau ga sih berapa dosen, mahasiswa, karyawan di Kampus ITS mungkin beralih menggunakan sepeda ke kampus...???
Sedikit ingin berbagi "kegalauan" dengan anda. Semoga bermanfaat.
Tau ga sih sekarang di Kampus ITS ada jalur sepeda ...???
Tau ga sih berapa dosen, mahasiswa, karyawan di Kampus ITS mungkin beralih menggunakan sepeda ke kampus...???
Sedikit ingin berbagi "kegalauan" dengan anda. Semoga bermanfaat.
***
Dinamika
pertumbuhan dan perkembangan kota-kota dunia menuntut adanya keserasian
pembangunan yang selaras dengan daya dukung lingkungan. Isu pemanasan global,
urbanisasi, dan semakin langkanya sumber daya telah terjadi pada abad ini dan merubah
paradigma pembangunan kota yang berorientasi kepada pembangunan yang
berkelanjutan (suistinable development).
Salah satu integral dari suistanable
development tersebut dijabarkan secara operasional dalam konsep kota hijau
atau eco-city. Eco City merupakan sebuah
konsep pembangunan kota berkelanjutan yang menggabungkan prinsip pembangunan green building dengan memanfaatkan
teknologi informasi (ICT) untuk mengurangi dan menghilangkan dampak-dampak
buruk kota terhadap lingkungan (Ecocity
World Summit, San Fransisco, 2008). Eco
city mengedepankan pembangunan kota yang berwawasan lingkungan dan menekankan
adanya ketergantungan fisik dari masyarakat pada kondisi lingkungan (Kompas,
2010). Lebih lanjut lagi, konsep Eco city
telah berkembang menjadi Eco2 Cites (ecological – economic cities) yang tidak
hanya menekankan pada pembangunan kota berwawasan lingkungan, tetapi juga
mengintegrasikan antara upaya perbaikan lingkungan dan pertumbuhan ekonomi kota
(Suzuki et. al, 2010).
Pembangunan berkelanjutan ditekankan pentingnya pertimbangan keberlanjutan ekonomi (economy), lingkungan (environment), dan pemerataan (equity) terhadap lintas generasi. Dalam aspek transportasi, sustainable transport sebagai bagian dari sustainable development secara umum dikembangkan melalui tiga syarat, yaitu peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat (economy), meminimasi dampak pembangunan terhadap lingkungan hidup (environment), serta keberlanjutan sumber daya (equity) (Kusumantoro dalam Rachmandita, 2009). Dari sisi transportasi, menciptakan kota yang berwawasan lingkungan (eco city) dapat diupayakan dengan mengurangi volume kendaraan yaitu melalui penggunaan angkutan umum massal atau penggunaan kendaraan ramah lingkungan. Berkenaan dengan hal itu, Kenworthy (2006) mengemukakan 10 dimensi kritis tentang eco-city, yang dapat disebut juga sebagai kriteria-kriteria kota berkelanjutan. Salah satunya terkait dengan transportasi adalah mewujudkan kota berkelanjutan dengan cara meminimalkan jumlah kendaraan pribadi, baik mobil maupun motor, dan transportasi diarahkan ke penggunaan sepeda dan jalan kaki.
Penerapan eco-city membutuhkan dukungan dan komitmen bersama dari dari
seluruh stakeholders, seperti pemerintah kota, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), media, swasta dan peran aktif masyarakat. Selain itu juga, keberhasilan pelaksanaan
eco-city terwujud dari pelaksanaan di
berbagai komponen perkotaan meliputi permukiman, kawasan industri, pertokoan,
fasilitas umum seperti kantor pemerintahan, sekolah, kampus, rumah sakit, dan
lain-lain. Upaya dukungan dapat dilakukan dengan peningkatan kepedulian
masyarakat yang didorong melalui penciptaan gaya hidup berwawasan lingkungan
(Artiningsih, 2009).
Perguruan tinggi atau kampus
merupakan bagian dari komponen penting perkotaan yang dapat menjadi obyek
sasaran pengembangan eco-city. Kampus merupakan lingkungan sebuah komunitas
intelektual dan modern yang berperan memberikan satu pencerahan kepada
masyarakat (Yusuf, 2010). Berawal dari kampus, perubahan menuju tatanan
masyarakat yang berbasis lingkungan, dapat diterapkan dengan membentuk pola
hidup ramah lingkungan melalui pengembangan fisik seperti sarana dan prasarana
serta pengelolaan lingkungan. Kampus yang telah peduli lingkungan dan telah
melakukan pengelolaan lingkungan secara sistematis dan berkesinambungan disebut
eco-campus (Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2011).
Arah pembangunan kota
Surabaya, sesuai dengan visi kota Surabaya tahun 2025 yang telah dicanangkan
pemerintah kota, adalah menuju “Kota jasa yang nyaman, berdaya, berbudaya dan
berkeadilan”. Pembangunan menuju kota jasa ini meningkatkan mobilitas warga kota
dan moda transportasi yang paling banyak digunakan warga Surabaya saat ini
adalah kendaraan bermotor. Tingginya mobilitas warga, juga diikut dengan semakin
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor setiap tahun, kemacetan lalu lintas pada
jam-jam sibuk, dan pada akhirnya berdampak pada penurunan kualitas udara bersih
kota Surabaya. Kenyamanan lingkungan menurun seperti laporan Badan Lingkungan
Hidup (BLH) menyebutkan tingkat polusi udara di Surabaya tergolong tinggi,
menyusul Indeks Standar Polusi Udara (ISPU) yang menunjukkan indeks
‘Berbahaya’. Kajian Ekologi Lahan Basah merilis tingginya Carbon Monoksida (CO)
sebagai emisi gas buang kendaraan bermotor di Surabaya mencapai 5.480.000
ton/tahun. Sebagai indikator yang bisa dirasakan warga adalah perbedaan antara
suhu udara pada siang hari yang panas (30 derajat Celsius) dengan suhu udara
pada malam hari yang dingin sebesar 26 derajat Celcius (Laurenz dan Tanzil,
2009).
Melalui kebijakan
pengembangan eco2 cities, Pemerintah
Kota Surabaya berupaya melakukan pembenahan untuk meningkatkan kualitas hidup
warga kota Surabaya, yang selaras dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan generasi mendatang Salah
satu kebijakan yang dilakukan yaitu melakukan perbaikan sistem transportasi
kota, penggunaan kendaraan yang hemat energi, meningkatkan kesadaran warga
masyarakat akan kehidupan yang sehat, yang disertai dengan penyediaan sarana
dan prasarana yang mendukung lingkungan hidup yang sehat (Laurenz dan Tanzil,
2009). Kebijakan perbaikan sistem transportasi Kota Surabaya dilakukan
terintegrasi dengan rencana pengembangan tata guna lahan yang diarahkan dengan
memperluas penggunaan sarana transportasi massal yang berdaya angkut banyak
seperti trem dan monorel (Jawapos, 2011).
Kampus
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya berkomitmen untuk berperan aktif
dalam pengembangan ilmu dan teknologi serta penerapan gaya hidup yang
berwawasan lingkungan. Sejalan dengan prinsip pengembangan eco-city, telah
dikembangkan Master Plan Pengembangan ITS berbasis eco-campus. Pengembangan eco-campus
yang dilakukan mencakup pengembangan green
buliding, perluasan ruang terbuka hijau, penghematan sumberdaya energi,
pengelolaan limbah dan sampah, dan pengembangan transportasi yang ramah lingkungan
(http://www.ecocampus.its.ac.id/favicon.html).
Salah
satu program pengembangan ITS eco-campus adalah pengembangan sistem pergerakan
internal yang, aman, nyaman, sehat dan manusiawi. Bentuk dukungan real telah
dibuktikan dengan penyediaan jalur sepeda (bike
line) yang akan terintegrasikan dengan moda transportasi yang lainnya
http://www.ecocampus.its.ac.id/favicon.html). Bahkan, untuk mendukung rencana
pengembangan jalur sepeda tersebut, ITS akan mencanangkan areal kampus bebas
kendaraan pribadi dengan melarang penggunaan kendaraan pribadi seperti mobil
dan sepeda motor bagi setiap dosen, karyawan, dan mahasiswa serta meningkatkan sarana
dan prasarana jalur sepeda seperti
parkir sepeda dan penyediaan 600 sepeda gratis saat masuk kampus atau bike share (http://stat.k.kidsklik.com/data/2k10/kompascom2011/images/bk_kompascom).
Program
eco-campus tersebut pada hakikatnya
sejalan dengan kriteria pengembangan eco-transportation
dalam eco-city dimana upaya untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui kota yang berwawasan lingkungan
dapat dilakukan dengan meminimalisir pergerakan kendaraan pribadi seperti mobil
dan sepeda dan trasnportasi lebih diarahkan dengan penggunaan trasnportasi yang
ramah lingkungan seperti sepeda (Kenworthy, 2006). Lebih luas lagi, Roberts
(2000) mengungkapkan bahwa pembangunan berkelanjutan akan lebih mudah terwujud
jika dijabarkan dalam suatu strategi multi-sektor yang terintegrasi dengan
upaya-upaya pembangunan sistematis yang berkemampuan untuk merubah perilaku,
dibandingkan dengan hanya memuat kondisi akhir yang diinginkan dalam suatu
produk perencanaan dengan aturan yang normatif yang hanya bersifat
pengendalian. Dari aspek transportasi, perubahan perilaku tersebut
diterjemahkan dalam peningkatan kepedulian masyrakat yang didorong melalui
penciptaan kawasan gaya hidup berwawasan lingkungan. Gaya hidup tersbut
dipraktekkan datas pilihan penggunaan kendaraan pro-lingkungan yaitu pemilihan
kendaraan angkutan umum dibandingkan dengan kendaraan pribadi, atau melalui
penggunaan kendaraan non-motorized seperti sepeda (Artiningsih, 2009).
Sepeda
merupakan salah moda transportasi non kendaraan bermotor yang dapat dianggap sebagai moda transportasi
yang berkelanjutan (Budi, 2010). Dari
sisi lingkungan, sepeda merupakan moda transportasi yang ramah lingkungan
karena tidak membutuhkan bahan bakar minyak (BBM) sama sekali dan tidak
menimbulkan polusi. Dari sisi sosial, sepeda merupakan aktivitas yang biasa
dilakukan oleh semua golongan, baik orang
tua, muda dan anak-anak, kaya atau miskin. Dari sisi ekonomi, sepeda
digemari karena tidak mengeluarkan biaya (Artiningsih, 2010).
Namun,
pengembangan jalur sepeda di kampus ITS menjadi hal yang kontra produktif bagi
sistem transportasi. Artinya, pengembangan jalur sepeda tidak efektif bagi
pengembangan infrastruktur jalan kampus karena berimplikasi terhadap ROW jalan.
Hal ini didukung fakta semakin tingginya angka penggunaan kendaraan pribadi
yang dilakukan dalam pergerakan internal wilayah kampus ITS setiap tahunnya. Menurut
data statistik Subbidang Rumah Tangga, Badan Administrasi dan Keuangan Kampus
(BAUK) ITS pada tahun 2010, jumlah kendaraan pribadi (sepeda motor dan mobil)
yang memasuki wilayah ITS sebesar 13.306 unit yang terdiri dari mobil sebesar
856 unit, sepeda motor 12.450 unit. Sedangkan berbanding terbalik dengan
penggunaan sepeda yang hanya sebesar sepeda 314 unit. Padahal jumlah seluruh
civitas akademika ITS berkisar 20.000 orang yang terdiri dari 18.000 mahasiswa
dan sebesar 2.000 merupakan dosen dan karyawan. Selain itu, pengguanan sepeda
masih mempertimbangkan bahwa penggunaan sepeda masih terbatas pada kebutuhan
sosial untuk olahraga dan rekreasi yang menjadi trend gaya hidup sehat pada
saat ini (Artiningsih, 2009). Apalagi, berdasarkan kondisi faktual penyediaan
jalur sepeda saat ini belum didukung fasilitas yang memadai yang memberikan
insentif bagi pengguna sepeda aman dan nyaman dalam menggunakan sepeda..
Kawasan
Kampus ITS sebagai kawasan pendidikan dapat dianggap sebagai kawasan tujuan pergerakan
yang tetap. Hal ini dikarenakan karakteristik pergerakan civitas akademika ITS memiliki
tujuan yang sama yaitu bersekolah atau ke kampus. Aksesbilitas dan mobilitas yang
dilakukan lebih banyak dipengaruhi oleh jarak dari asal pergerakan menuju
tujuan pergerakan. Selain itu, pemilihan moda asal pergerakan, yakni dosen,
mahasiswa, dan karyawan dipengaruhi oleh faktor tata guna lahan, jarak, waktu
dan biaya.
Tingginya ketergantungan terhadap
kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor yang mendominasi moda pergerakan
internal kampus ITS menimbulkan berbagai permasalahan kelancaran lalu lintas
dan ketersediaan lahan parkir, serta berdampak pada tingginya tingkat polusi
udara yang diakibatkan oleh emis gas CO2.
Transport Demand Management (TDM) yang juga dikenal dengan sebutan “mobility management” meliputi semua
metode yang dapat meningkatkan pemanfaatan fasilitas dan sarana transportasi
yang telah ada secara lebih efisien dengan mengatur atau meminimalisasi
pemanfaatan kendaraan bermotor dengan mempengaruhi perilaku perjalanan yang
meliputi frekuensi, tujuan, moda dan waktu perjalanan (Tanariboon, 1992).
Tujuan utama dari TDM ini adalah untuk mengurangi jumlah
kendaraan yang menggunakan sistem jaringan jalan dengan menyediakan berbagai
pilihan mobilitas (kemudahan melakukan perjalanan) bagi siapa saja yang
berkeinginan untuk melakukan perjalanan (Noboru Harata, 1994 dan Zupan, s.a).
Dalam konsep yang lebih mikro skala kampus, penerapan TDM diimplementasikan dalam
program Campus Transport Management
(CTM). Program CTM berusaha meningkatkan pilihan dalam transportasi dan
mengurangi banyaknya perjalanan dengan menggunakan mobil yang dilakukan
oleh mahasiswa pada lingkungan kampu.
Penerapan program CTM memberikan beberapa manfaat diantaranya (1) Mampu
mengurangi jumlah perjalanan menggunakan kendaraan pribadi sebesar 10-30% (2)
Mengurangi kebutuhan lahan parkir dan masalah kemacetan lalulintas di sekitar
lingkungan kampus (3) Memberikan
keamanan dan ketenangan yang lebih baik serta mengurangi konflik dengan warga
sekitar (4) Peningkatan kualitas kesehatan lingkungan (OTE, 2002b).
Oleh
karena itu, perlu dilakukan sebuah penelitian untuk mengetahui peluang
pengalihan kendaaraan sepeda motor ke sepeda dalam berdasarkan preferensi
civitas akademika kampus ITS dalam rangka mewujudkan gagasan ITS eco-campus.
Nantinya, penelitian ini diharapkan memberikan arahan dalam pengambilan
kebijakan penataan ruang untuk mewujudkan gaya hidup berwawasan lingkungan di
kampus.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut