Jumat, 14 September 2012

HMPL TIDAK BUTUH PRESTASI..??


Bismiillahirrohmanirrohim


Isu “Prestasi HMPL” menjadi topik pembahasan yang anget plus hot ditengah-tengah suksesi kepengurusan HMPL periode 2012/2013. Mengamati berlangsungnya kampanye calon Kahima HMPL dimana masing-masing calon kahima ngotot bahwa tradisi juara lewat event keilmiahan dan olahraga  yang dianggap “senjata” eksistensi HMPL perlu diGALAKkan lagi. Nah loh kenapa ya..?? Anggapan penurunan prestasi HMPL dalam beberapa tahun terakhir, seperti lepasnya tradisi emas PIMNAS, gelar mahasiswa berprestasi, dan juara olimpiade fakultas setidaknya menjadi salah satu agenda perubahan yang diusung oleh calon kahima kedepannya. Hmm… apalagi gerakan-gerakan kecil telah dilakukan sebelumnya oleh pihak jurusan yang juga menyadari bahwa mahasiswanya mengalami degradasi dan gejala-gejala penurunan semangat berprestasi. Ada juga yang kontra. mengingat status prestasi HMPL yang selama ini didapat adalah prestasi para kader kader berbakatnya, bukan prestasi organisasi yang menjadi wadah para kadernya untuk menyalurkan minat dan bakatnya. Bingung kuadrat puyeng ga mudeng-mudeng, sakjane ngono opo se “prestasi” kuwi guys…???

Hal yang menjadi sorotan utama seharusnya adalah perspektif makna “prestasi” itu sendiri. Tidak dipungkiri bahwa kita masih menganggap prestasi itu identik dengan JUARA atau memenangi suatu kompetisi atau perlombaan. Ada benernya juga sih, karena itu mungkin yang nyata dan menjadi bukti yang dapat kita lihat secara langsung kali yaa….. Tapi kita seharusnya tidak lupa dong dengan nilai-nilai sarat perjuangan yang terkandung dalam upaya mencapai sebuah mimpi itu (baca: prestasi). Bukankah ada pepatah atau kata-kata bijak yang bilang “tidak ada juara tanpa usaha”. Terus gimana jika ada kasus,  sudah usaha pol-pol’an tapi masih ae belum juara atau bahkan gagal (terus…). Bukan prestasi namanya ya..?? Hmmm…..Kasihan dong, kasihan kita yang memiliki kemampuan terbatas, yang lemah, kasihan mahasiswa yang IPnya pas-pas’an, kasihan orang sudah berjuang hingga titik darah penghabisan tidak punya kesempatan berprestasi, tidak dianggap berprestasi atau tidak pernah sama sekali bisa mewujudkan mimpinya! KASIHAN!  Huff.. So, kayaknya ini guys..yang perlu kita kaji ulang bareng, kita perlu nih ngelurusin perspektif kita tentang hakekat dari sebuah prestasi itu sendiri. Tujuannya menyamakan pikiran, menyatukan hati, mengharmoniskan gerakan, mewujudkan sinergisitas prestasi yang sebenar-benarnya. Hehe…

Hakekat Prestasi…
Searching di KBBI online, prestasi itu artinya hasil yang dicapai. Ada juga yang bilang bahwa prestasi itu motivasi, sedangkan motiviasi itu sendiri artinya dorongan atau hasrat. Beda lagi sama Om Mario Teguh, yang katanya prestasi itu batu loncatan, tidak berprestasi juga tidak mengapa. Klo direnungkan, semua hakekat “prestasi”nya masih menekankan pada akibat, ada juga penyebab. Klo digabungin jadinya, dorongan atau hasrat untuk mencapai hasil. Dorongan atau hasrat, yang bagaimana yang dibutuhkan, Hasil seperti apa yang diinginkan? lalu gimana caranya kita mencapai hasil..?? Hmm..masih abstrak….
Adalah Rosul kita Muhammad SAW, sang dosen terbaik sepanjang masa yang telah mengajarkan pada kita mahasiswanya soal hakekat sebuah prestasi. Yuuukk… kita inget ajaran rosulullah ini.

“Barang siapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin maka dia adalah orang yang beruntung, yang sama dengan hari kemarin dia rugi, yang lebih buruk dari hari kemarin maka dia celaka” (Al Hadist).

Coba nih kita perhatikan, didalam ajaran dosen terbaik kita tersebut sarat makna dan tuntunan. Beliau mengajarkan pada kita senantiasa melakukan perubahan sebaik-baiknya ke arah yang lebih baik. Indikasi suatu perubahan adalah adanya perbedaan dari kondisi sebelum dan sesudah. Iya ga sih..?? Dulu belum bisa mengendarai sepeda, sekarang sudah bisa mengendarai sepeda, jika kemaren kita tidak subuh berjamah, tapi hari ini kita shubuh berjamaah. Berarti bisa disebut perubahan kan..?? beda kan..?? Lebih baik bukan…?? Oiya selain itu terkandung sebuah makna bahwa orientasi dari perubahan yang dilakukan adalah kebermanfaatan dan keberlanjutan. Simpelnya, seorang mahasiswa yang jauh dari keluarga dulu belum bisa masak nasi, sekarang sudah pandai masak nasi, walaupun masih sering jadi bubur, maka jadilah itu bagian dari perubahan mahasiswa itu, yang bermanfaat bagi keberlangsungan hidup anak kos.. hehe. Lo tapi itu kan perubahan yang ga signifikan..??? Plis guys! HARGAI, HARGAI, HARGAI, perubahan kecil dari diri kita, setiap aktivitas kita, karena dari perubahan yang kecil itu, sangat mungkin terwujud perubahan yang besar...Super. Maka kesimpulan dari ajaran “PRESTASI” Sang Dosen Terbaik Umat Sepanjang Masa adalah perubahan sebaik-baiknya menuju arah yang lebih baik yang dilakukan dimulai dari perubahan yang sekecil-kecilnya, dimulai dari dalam diri kita, dan dimulai dari sekarang. Nah klo begini kan, siapapun berhak berprestasi, tidak menunggu jadi JUARA, tidak menunggu ikut kompetisi, tidak menunggu punya kesempatan, tidak menunggu jadi besar. Semua Bisa Berprestasi. Ya…Inilah hakekat dari sebuah PRESTASI…! OK! (Yang protes, nggremeng, nggerutu silahkan langsung SMS saya)

Memang nggak masalah sih, jika tolak ukur dari sebuah prestasi adalah JUARA. Tapi sekali lagi, utamakan HARGAI diri kita sendiri yang sudah berusaha seoptimal mungkin untuk menggapai tangga JUARA. Bukankan JUARA yang kita dapat itu adalah hasil dari proses panjang yang kita lalui dalam rangka mendapat predikat yang lebih baik…?? UTAMAKAN HARGAI PERUBAHAN dalam diri kita yang berupaya untuk menjadi manusia lebih baik lagi. Ditegaskan lagi, Utamakan Hargai Perubahan Kecil Yang Bermanfaat Yang Kita Lakukan, syukur-syukur bisa berulang-ulang dan jadi kebiasaan. Ya ini guys yang sedikit susah susah gampang, terkadang mindset kita yang ga sabaran sehingga selalu mematokkan hasil (baca: JUARA) sebagai tolak ukur sebagai prestasi. Hmm, klo sudah kayak gini, apapun akan dilakukan untuk mengejar predikat JUARA, bisa jadi senggol sana senggol sini, senggol-senggolan. Capeekkk kan..?! Boro-boro predikat JUARA yang didapet, malah predikat THE LOSSER, mental pecundang yang dislempangkan. Na’udzubillah…

Lantas apakah HMPL sekarang butuh banyak koleksi emas, piala, untuk eksis dan menyandang gelar “ORMAPRES” Organisasi Mahasiswa Berprestasi…? Saya jawab sendiri ya. NGGAK BUTUH! Kenapa…??? Karena bukan yang utama yang strategis yang penting yang sekarang dibutuhkan. Kalo lihat kondisi HMPL sekarang yang utama, urgent, strategis yang mesti dilakukan segera adalah memantaskan kader HMPL sebagai kader prestatif, kader yang selalu berinovasi dan inisiatif, tanpa disuruh, diminta mampu melakukan perubahan yang lebih baik dari yang terkecil, mulai dari dirinya sendiri dimanapun ia berada, kapanpun, dalam kondisi apapun. Bukti nyata adalah leluhur-leluhur kita, kader prestatif HMPL sebelumnya, mereka tidak tercipta begitu saja kan..?? Tapi mereka melalui proses panjang, mindset prestatif atau pola pikir “berubah..berubah..berubah..menjadi lebih baik” tertanam dalam diri sehingga mereka mudah berinovasi dan inisiatif melakukan perubahan, diantaranya mereka wujudkan melalui kepemimpinannya atau karyanya. Sepenjuru ITS mana yang ga kenal Mas Tantra, Mas Wilda, Mas Arif, Mas Zia, Mbak Una, Cihe..?? Berkat perubahan-perubahan yang mereka lakukan, mereka secara tidak langsung bisa mengeksiskan HMPL di dunia KM ITS.. Dan bagi kita, yang sedang membaca tulisan ini,  Doa bareng yuk, Bismillah, kita bisa melakukan perubahan2, sembari untuk kita, sembari untuk orang disekitar kita..Amin ya Rabb.

So, agenda utama yang mesti diusung bagi kepengurusan HMPL selanjutnya adalah bergegas menumbuhkan pola pikir prestatif dalam setiap kadernya, bukan hanya kepada mahasiswa baru yaa..(Hehe...). Penting bagi setiap kader menumbuhkan dan menanamkan jiwa prestatif dalam dirinya, karena dirinya dan lingkungannya (baca: HMPL) lah yang akan memetik hasilnya. Bersibuk ria bikin proker-proker yang sederhana yang mengupgrade dan memancing mindset kader untuk terus berprestasi, terus melakukan inovasi perubahan-perubahan kecil minimal didalam setiap lini/departemen. Dan bagi kita, kader HMPL bersegeralah memantaskan diri melalui pola pikir yang prestatif sehingga kita mudah menularkan virus-virus perubahan di lingkungan sekitar. Mungkin predikat juara akan didapat dalam waktu yang lama, tapi YAKINlah, sekali lagi YAKINlah! bahwa suatu saat kita akan menuai hasil dari apa yang kita tanam. Ingat! Menanamkan mindset prestatif di diri kita memiliki multi manfaat. Pola pikir prestasi kita tidak hanya berpengaruh terhadap internal, dan eksternal organisasi (baca: HMPL), tapi pola pikir prestatif akan tertanam menjadi karakter kita yang bermanfaat bagi bidang akademik, dan ntar pas kita klo kerja, dan utamanya bagi keberlangsungan kehidupan yang sedang kita jalani sekarang hingga esok akhir hayat. JADIKAN! Jadikanlah HMPL ini sebenar-benarnya wadah yang membentuk karakter prestatif kita (kadernya) untuk mimpi besar, tujuan utama kita yakni BERKONTRIBUSI BAGI UMAT !

Semoga kita tercerahkan…
Surabaya, 9 September 2012
@Deny Ferdyansyah
PL-07/3608100008

“teruntuk kita, yang menginginkan perubahan yang lebih baik, untuk umat…”